Artikel kepengasuhan DEA #6. Bukan guru tidak mau bekerja tapi ia tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Quote tersebut menggambarkan keadaan guru baru yang diterjunkan untuk mengasuh santri. Setiap tahun ajaran baru, pesantren menambah tenaga guru baru.

Guru wiyata bhakti yang selesai bertugas satu tahun digantikan dengan yang baru lulus untuk setahun berikutnya.

Guru wiyata bhakti yang baru lulus itu ibarat nasi di rice cooker. Jika sudah dilepas colokannya harus diolah lagi menjadi sesuatu yang bermanfaat, bisa menjadi nasi goreng, dikeringkan untuk bahan rengginang/karak, atau dikeringkan untuk kerupuk.

Intinya jangan sampai nasi tersebut basi karena dibiarkan begitu saja dan tidak segera diolah dengan baik.

Pesantren yang menerima tenaga guru wiyata bhakti harus mengolah mereka agar tidak menjadi nasi yang basi. Artinya mereka baru saja berganti status dari santri menjadi guru.

Umur mereka juga tidak terpaut jauh dari santri yang sebelumnya adalah adik kelas mereka. Guru muda perlu beradaptasi dengan peran baru sebagai pengasuh.

Disinilah peran guru senior dibutuhkan untuk senantiasa sabar membimbing. Bersabar karena setiap tahun membimbing tenaga baru untuk memahami tugas mereka.

Membimbing bagaimana mereka memposisikan diri mereka di hadapan santri, merencanakan program, mengontrol program santri di lapangan, menyelesaikan kasus santri, cara santun berkomunikasi dengan wali santri, dan pernik-pernik lain untuk mengenal santri lebih dekat.

Pertama, ajak guru baru untuk melihat bagaimana kita (guru senior) bekerja. Misalnya guru baru diminta melihat bagaimana cara melakukan pengecekan barang santri.

Urutan-urutannya. Apa saja yang dicek. Keperluan apa saja yang diperlukan untuk mendukung proses pengecekan barang. Apa yang dilakukan kepada santri yang tidak lengkap barangnya.

Ingatkan guru baru untuk memperhatikan setiap tahapannya.

Kedua, berikan kesempatan kepada guru baru untuk memimpin proses pengecekan barang santri. Kita memperhatikan proses pengecekan dengan memberikan catatan yang perlu.

Ketiga, berikan saran dari catatan yang ditemukan sebagai koreksi. Jangan lupa memberikan pujian atas prestasi yang diperoleh dalam rangka untuk menumbuhkan semangatnya.

Tiga hal di atas adalah contoh praktik guru senior yang membimbing cara kerja untuk guru baru.

Prinsipnya jangan menganggap mereka sudah bisa dengan tidak membimbing. Jangan pula menyalahkan mereka sebelum membimbing.

Faktanya guru baru itu ingin bekerja tapi tidak tau harus memulai dari mana. Mereka ingin bekerja tapi tidak tau cara kerjanya. Mereka ingin bekerja tapi tidak faham bagaimana alurnya.

Sebagai guru senior, kita lah harapan mereka. Semoga sikap sabarnya guru senior dalam membimbing guru baru di setiap tahun ajaran baru berbuah ganjaran terbaik disisi Rabb yang Maha Penyayang, aamiin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini