Semua sepakat bahwa manusia itu makhluk sosial. Selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani hidupnya. Ini merupakan sifat dasar yang tidak mungkin kita hindari. Dalam setiap harinya, kita akan selalu bertemu dengan banyak orang, ada yang berlalu begitu saja namun ada juga yang bertahan menjadi sahabat dalam pergaulan.

Hubungan yang dibangun itu lambat Laun menjadi akrab dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Namun tidak bisa kita pungkiri, suatu saat teman yang sudah akrab itu akan menjadi kenangan pada masa yang akan datang. Ya, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, dengan penuh kerelaan, masing-masing akan mencari tempat untuk melabuhkan sebuah asa yang selama ini dicita-citakannya. Maka perpisahan itu pun terjadi dan tidak bisa terelakkan.

Walaupun demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk melupakan mereka karena jarak yang memisahkan. Tapi, dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat jarak yang jauh terasa dekat, waktu yang lama menjadi singkat. Maka pergunakanlah semua media yang ada untuk saling tegur sapa sahabat lama yang dulunya bersama kita.

Begitulah seharusnya, silaturahmi senantiasa terjalin walaupun hanya dengan menyapa lewat media sosial. Maka rawatlah sahabat lama dan tambahlah sahabat baru. Karena mencari teman baru itu gampang tapi untuk merawat sahabat lama yang dulunya akrab dengan kita tidaklah mudah. Maka tidak heran jika banyak orang yang melupakan sahabat lamanya. Semoga kita termasuk bagian dari itu.

Jika kita membaca kisah para ulama dalam menjaga hubungan kekerabatan, maka akan membuat hati terenyuh karena berdecak kagum. Bagaimana tidak, kisah perjuangan mereka dalam membuktikan tali persahabatannya sungguh luar biasa. Mereka rela berkorban apapun yang dimiliki karena rasa cinta yang begitu dalam terhadap sahabatnya.

Pada kesempatan ini saya mengajak teman-teman semua untuk mengingat kembali kisah persahabatan imam Syafi’i dan imam Ahmad bin Hambal.

Kisah yang akan membuat kita terharu, sedih bercampur gembira, suatu ketika imam Ahmad jatuh sakit yang cukup parah, membuat dirinya tidak mampu untuk bangkit dari tempat tidur, tak lama berselang waktu, imam Syafi’i mendengar perihal keadaan yang menimpa sahabat dekatnya itu.

Tidak menunggu lama, tidak menunda-nunda beliau pun bergegas menghampiri kediaman tempat Imam Ahmad berada. Sesampainya disana, melihat kondisi sakit sahabatnya, kesabaran yang begitu luar biasa membuat air mata imam Syafi’i berderai membasahi pipi.

Beliau sangat berduka dengan pemandangan tersebut, duka yang sangat dalam. Hingga membuat beliau jatuh sakit seketika, tidak tahan melihat rasa sakit yang sahabatnya derita. Selang beberapa waktu kemudian, belum sampai sembuh maksimal namun keadaan iman Ahmad sudah mulai membaik, lantas pada waktu itu beliau mendengar perihal keadaan imam Syafi’i yang sedang menderita sakit parah. Jadi bergantian posisi dan keadaan antara mereka berdua. Karena rasa perhatian yang begitu mendalam kepada sahabat yang sedang sakit membuat ia pun jatuh sakit karenanya.

Imam Ahmad pun menguatkan dirinya dan segera menuju ke kediaman Imam Syafi’i yang sedang terbaring karena jatuh sakit. Katika imam Syafi’i melihat sahabatnya datang untuk menjenguknya, beliau sangat bahagia dan berkata, “saat sahabat baikku jatuh sakit, aku datang menjenguknya sehingga membuat ku menjadi sakit karena melihat duka menyelimuti dirinya. Saat ini sahabat ku sudah sembuh kata imam Syafi’i, dan datang menjengukku, membuat diriku juga ikut sembuh seketika. Karena bahagianya diri ini melihat ia bahagia.

Sungguh jarak yang jauh tidak menghalangi persahabatan lama Imam Syafi’i dengan imam Ahmad. Hati selalu terpaut satu dengan yang lainnya. Jasad jauh namun hati terasa begitu dekat.

Maka dari itu sapalah sahabat lama kita, minimal hubungi dia disaat kita tidak butuh dirinya, jika melewati kediamannya berilah kabar kepadanya walaupun hanya sekadar lewat saja. Ingat, salah satu kebiasaan baik pada pendahulu kita adalah mereka sangat gemar menambah sahabat baru dan tidak rela menguranginya walaupun hanya satu, yang lama disapa dan yang baru disambut dengan penuh sukacita.

Nah, pesan saya kepada sahabat semuanya. Sapalah sahabat lama saat anda tidak ada kepentingan atau keperluan dengannya. Sehingga ketika kita ada keperluan dan membutuhkannya itu akan menjadi mudah dalam berkomunikasi. Pada saat perlu kita akan diperhatikan, dan saat butuh kita akan terbantu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini