Bersyukur adalah menerima dan memandang indah setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Baik itu melalui lisan, hati atau ditampakan melalui perbuatan nyata. Tidak pernah mengeluh dan memandang remeh sekecil apapun nikmat yang telah Allah berikan. Syukur itu pandai memaksimalkan potensi yang ada. Sehingga apapun harapannya bisa diraih dengan sukses.

Orang sukses itu pintar bersyukur. Sekecil apapun nikmat atau keberhasilan yang diperoleh, ia tetap mensyukurinya. Dan itulah sukses yang sebenarnya. Bersyukur atas segala keberhasilannya. Ia yakin bahwa Allah pasti akan menambahkan keberhasilan lainnya yang lebih besar ketika ia mau bersyukur.

Saya sering sampaikan kepada teman-teman, baik itu guru maupun murid, kalau kita ingin meraih sukses besar maka kita harus mensyukuri sukses kecil. Contohnya apa? Misalnya, kita ingin menghafal 30 juz dari Al-Qur’an tapi pada kondisi hari ini kita hanya baru bisa menghafal 2 juz.  Maka yang dua juz itu kita syukuri dengan memaksimalkan hafalan, murajaah yang kontinu, menghayati setiap ayat-ayat, dan menggunakannya di setiap aktivitas shalat malamnya. Intinya, yang sedikit ini kita syukuri.

Terkadang Allah Ta’ala menginginkan kita paham akan apa yang telah kita hafal. Allah Ta’ala ingin kita mengamalkan apa yang telah kita tahu. Setelah itu, baru Allah berikan hal lainnya yang lebih besar sampai kita bisa menuntaskan hafalan 30 juz Al-Quran.

Hari ini, Allah memberi kita rumah kecil, tapi kita ingin memiliki rumah besar maka rumah kecil ini dirawat, diperhatikan, dinikmati semaksimal mungkin.  Kita ingin punya mobil tapi hari ini hanya memiliki motor. Ya, maksimalkan potensi yang ada dan syukuri dengan selalu merawatnya dengan baik.

Sungguh begitu bernilai nimat itu saat kita mau mensyukurinya. Pertanyaan besar yang harus kita tanyakan pada diri masing-masing, apakah kita sudah mensyukuri apa yang telah Allah beri dalam kehidupan ini? Apakah kita sudah memanfaatkan dengan sebaik mungkin nikmat yang kita dapat selama ini? Sudahkah kita mengetahui betapa bernilai dan pentingnya bersyukur itu?

Menjawab pertanyaan tersebut, mari kita renungi kembali bagaimana rasa syukur Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim diceritakan, pada suatu malam bahkan di setiap malam Nabi Muhammad melakukan shalat tahajud hingga kaki beliau bengkak karena panjangnya ayat yang beliau bacakan dalam shalat.

Melihat hal ini Siti ‘Aisyah merasa heran, lalu berkata: “Wahai Rasulullah mengapa engkau melakukan ibadah sedemikian rupa padahal engkau telah dijanjikan oleh Allah subhanahu wata’ala dengan pengampunan atas segala dosa-dosamu baik yang lalu ataupun yang sekarang?” Rasulullah pun menjawab: “Tidak pantaskah aku menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”

Memandang begitu bernilai rasa syukur, Rasulullah memaksimalkan syukur beliau kepada Allah Ta’ala. Walaupun sebenarnya Rasulullah sudah terjaga dari dosa dan tidak perlu lagi minta ampun. Tapi, demi sebuah rasa syukur kepada Allah sang yang kuasa atas segala-galanya. Beliau rela merutinkan shalat malam dengan durasi waktu yang sangat lama. Sungguh tinggi nilai sebuah rasa syukur.

Jadi, apa pun yang telah Allah beri maka syukuri dengan sepenuh hati, Insyaallah kedepannya akan Allah tambah lagi dengan sesuatu yang lebih besar dan berharga.

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Jika kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.” (QS. Ibrahim: 7)

Maka kita harus menyadari bahwa Allah itu sang yang maha membalas kebaikan, sekecil apapun kebaikan itu tidak akan luput dari pantauan Allah. Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

“Allah itu Syakur lagi Haliim” (QS. At-Taghabun: 17).

Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam ayat ini, Maksudnya adalah memberi membalas kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak.

Kesimpulannya, untuk meraih sukses besar maka dengan cara mensyukuri sukses kecil yang saat ini sedang membersamai keseharian kita.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini