Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan kepada teman-teman, guru-guru dan murid pada umumnya, tentang sesuatu yang bisa diprediksikan dengan sesuatu yang tidak bisa diprediksikan. Saya katakan kalau bocor ban itu musibah sedangkan habis bensin adalah sebuah kelalaian. Sebab, habis bensin itu bisa diperkirakan atau diprediksikan, sedangkan bocor ban itu sesuatu yang tidak bisa diperdiksi kapan akan terjadi.

Sekalipun indicator BBM motor atau mobil kita sudah tidak berfungsi lagi, kita masih bisa mengetahui kalau motor tersebut masih berisi bensin. Kita juga masih bisa memprediksi sejauh mana motor bisa berjalan dengan kondisi bensin tersebut. Maka tidak boleh ada alasan apapun jika kehabisan bensin di tengah perjalanan. Itu namanya kelalaian. Bukan musibah yang bisa ditolerir alasannya.

Nah, kenapa saya bedakan antara bocor ban dengan habis bensin? karena bocor ban tidak bisa diprediksikan dan kita tidak pernah tahu akan terjadi di mana. Tapi kalau soal bensin itu bisa diperkirakan. Walaupun di lain sisi, kita juga bisa memprediksikan mengenai ban, misalnya membeli ban yang terbagus, mengganti ban yang sudah terlalu tipis, menghindari melintasi jalan yang terdapat benda-benda yang bisa mengakibatkan ban bocor dan sebagainya. Tapi, secara umum, kita tetap saja tidak bisa memastikan bahwa ban motor kita akan baik-baik saja. Saja saja ban-nya baru tapi tetiba tanpa sengaja terkenak paku dan bocor.

Jadi, walaupun kita sudah melakukan berbagai langkah antisipasi agar ban tidak bocor, tapi yang namanya musibah bisa terjadi pada siapapun itu. Seperti maut yang mendatangi seseorang, ia tidak pernah mengenal usia. Baik tua maupun muda, Anak-anak ataupun dewasa, pasti akan menimpa kalau memang sudah ajalnya.

Maka dalam tulisan kali ini, saya ingin menjelaskan dengan analogi ban bocor dan kehabisan bensin itu dua kondisi yang berbeda. Kondisi yang satu dapat dicegah dan yang satu lagi tidak dapat dicegah. Jadi, kalau bocor ban itu musibah tapi kalau kehabisan bensin itu sebuah kelalaian.

Kesimpulannya, saya ingin mengajak rekan-rekan semua untuk terus berikhtiar dan melakukan persiapan sebelum melakukan sebuah agenda. Prediksikan setiap kemapuan tim atau alat yang kita pakai. Lakukan cara-cara kreative untuk mengantisipasi segala macam yang tidak kita inginkan. Sebab, kalau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan dan itu akibat dari kelalaian kita, maka tidak boleh lagi kita beralasan. Sebab, kita lah yang menjadi sumber dari kekacauan tersebut.

Maka tidak aneh, kalau ada guru yang mengajar namun tidak melakukan persiapan terhadap materi yang disampaikan, akan kacau saat menjawab pertanyaan muridnya. Karena itu, bagian dari kewajiban guru adalah mempersiapkan materi dan mental agar bisa tercegah dari segala hal yang tak diinginkan.

Tidak aneh juga ketika murid sampai di sekolah, namun ia lupa membawa buku pelajaran. Sebabnya jelas, dia tidak melakukan segala persiapan. Demikian juga saat ujian tiba, ia kesusahan dalam menjawab soal, karena tidak ada ikhtiar dan persiapan matang untuk mengulang pelajaran yang sudah didapatkan. Semua itu adalah kelalaian yang sebenarnya bisa dicegah agar tidak sampai terjadi. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim)

Intinya, lakukan segala persiapan agar nantinya kita tidak menyesal. Cegahlah sesuatu yang dapat di cegah dan hindarilah dari segala macam kelalaian yang bisa berakibat fatal terhadap masa depan kita.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini