Semua orang ingin bila dalam hidupnya dipenuhi dengan keberkahan. Bahkan menjadi impian bagi setiap muslim. Sebab, keberkahan itu kenikmatan hakiki yang diliputi dengan kebahagiaan.

Menurut Imam Al-Ghazali, berkah adalah bertambahnya kebaikan. Definisi ini disepakati oleh sebagian besar para ulama, dengan ungkapan yang beragan tapi memiliki makna yang sama bahwa berkah adalah sesuatu yang bertambah banyak dan melimpah dalam kebaikan. Berkah baik secara material ataupun secara spiritual.

Kebahagiaan hanya bisa didapat dengan kebaikan. Jika ada orang yang mengatakan “Aku sudah bahagia” tapi hari-hari yang dilalui luput dari perbuatan baik. Maka itu bukan wujud dari bahagia. Tapi pura-pura bahagia. Karena bahagia itu datangnya setelah kebaikan dan dipancarkan oleh cahaya keberkahan.

Maka bisa dipastikan, jika seseorang tidak mendapatkan keberkahan, tentu dalam hidupnya dia tidak akan tentram, sering gundah dan gelisah.

Sebagaimana kata orang tua tempo dulu “Hidup tanpa keberkahan bagaikan kuah tanpa garam” tidak enak untuk dinikmati, terasa hambar. Walaupun terkadang terlihat lezat. Tampilan luar terlihat menyenangkan namun hati penuh dengan kegelisahan yang tak jelas ujungnya.

Lantas bagaimanakah keberkahan itu bisa didapat? Untuk menjawab pertanyaan ini, Allah Ta’ala sebutkan dalam satu ayat-Nya , “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96).

Segala sesuatu yang terdapat di langit dan bumi Allah peruntukan kepada orang yang hidupnya dipenuhi dengan keberkahan. Hidup berkah hanya bisa diperoleh dengan keimanan dan ketaqwaan seorang hamba.

Taqwa berarti seseorang hamba senantiasa menuruti segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Amalan dalam kehidupan sehari-hari ditingkatkan, shalat didirikan dan infaq dirutinkan maka berkah akan datang bersemayam dalam kehidupan kita.

Sejatinya, keberkahan itu tidak hanya berwujud kemegahan, harta melimpah, rumah megah, tubuh gagah dan rupa menawan. Maka tidak aneh ketika kita mendapati ada orang yang diliputi dengan kekayaan melimpah namun hidupnya tidak dipenuhi dengan kebahagiaan karena tidak berkah. Ada juga orang yang memiliki pangkat tinggi namun kesehatannya memburuk. Sebaliknya, ada juga orang yang kehidupan sehari-hari biasa-biasa saja, tidak kaya, tidak punya jabatan namun hidupnya dipenuhi dengan kesehatan badan dan ketenangan jiwa karena keberkahan menyelimuti keseharian nya.

Maka sebagaimana perkataan ulama yang saya singgung di atas tadi, berkah itu merangkap semuanya. Allah kasih harta dan jabatan. Setelah itu juga Allah juga berikan ketenangan hidup, mudah untuk berinfaq, menggunakan hartanya untuk kebaikan.

Siapa tidak kenal Michael Jackson. Raja pop sepanjang jaman ini. Memiliki harta berlimpah. Namun popularitas dan hartanya tidak membuat dirinya tenang. Berkali-kali ia menderita penyakit fobia, kecemasan dan berujung pada ketergantungan pada obat penenang. Akhir cerita sang legendaris ini adalah tewas over dosis disebabkan penyakit kecemasan yang dideritanya.

Hampir sama dengan cerita semasa hidup sang raja pop. Di Korea Selatan, keluarga pemilik perusahaan Samsung, Lee Kun-hee, tidak jauh berbeda. Ia memiliki seorang putri yang hidup berlimpahan harta dan kemewahan. Selepas menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Ewha, ia lantas melanjutkan studi di salah satu universitas di New York, AS. Beberapa saat kemudian, tersiar kabar Lee Yoon-Hyung, putri sang pemilik Samsung ini tewas bunuh diri.

Tentunya sangat berbeda sekali bila dibandingkan dengan kisah para shahabat nabi. Beberapa di antara mereka memiliki harta yang berlimpah. Mereka tetap menikmati hidup hingga akhir hayatnya. Bahkan harta yang mereka kumpulkan, mampu memberikan pengaruh kepada masyarakat sekitar.

Teringat dengan kisah Ustman bin Affan dan air sumur yang dimiliki Yahudi yang melegenda. Bahkan konon katanya keberkahan sumur tersebut dapat dirasakan sampai saat ini oleh masyarakat di abad milenial.

Jadi, pada kesempatan ini Saya ingin mengajak diri dan rekan-rekan semua, mari kita jadikan hari-hari di kehidupan kita penuh dengan berkah, penuh dengan hal-hal yang ada nilai akhirat, ada hal-hal yang memberi manfaat di kemudian hari.

Nasehat ini pernah saya sampaikan kepada teman-teman pada bulan Ramadhon, yang disebut hidup penuh berkah saat kita bisa memberikan sesuatu, menyampaikan sesuatu, dan melakukan sesuatu dengan tenang mengharap ridha Allah subhanahu wata’ala.

Dengan tujuan memakmurkan alam, memberi manfaat kepada banyak orang, maka hidup kita akan berkah. Waktu kita akan berkah, harta kita akan berkah dan keluarga kita diselimuti dengan keberkahan. Teruslah awali dengan niat yang baik. Tebarkan kebaikan hingga kita meraih keberkahan itu. Wallahu ‘a’lam bisshawab!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini