Rekan sahabat guru di manapun berada..! Teruslah berbenah, teruslah memperbaiki, teruslah belajar untuk menjadi lebih baik. Lebih baik dalam pelayanan, lebih baik dalam berkegiatan, lebih baik dalam pengajaran dan dalam semua hal positif lainnya.

Ide judul ini muncul sekitar enam tahun lalu ketika kami mengelola pesantren. Waktu itu, kami tempelkan beberapa jam dinding yang sudah mati di beberapa sudut ruangan. Lalu kami tulis di bawahnya dengan kalimat “Jam boleh berhenti tapi waktu terus berjalan. Mari berbenah untuk menjadi lebih baik,” Artinya, jam itu boleh saja mati. Mungkin karena kehabisan baterai atau rusak. Tapi, kita sebagai guru tidak boleh berhenti untuk berkarya. Kita harus terus bergerak, terus berinovasi dan terus berkreasi untuk menjadi lebih baik.

Begitu pentingnya waktu bagi keberlangsungan masa depan. Mungkin kita pernah mendengar istilah “The time is money” Artinya, waktu itu bagaikan uang. Tidak mungkin manusia berhenti untuk mendapatkan uang. Terdengar materialis. Namun, jika uang kita pergunakan untuk ibadah, seperti membangun panti asuhan, masjid, sekolah dan amal jariyah lainnya, tentu uang tersebut bisa mengantarkan kita kepada Ridha Allah yang lebih besar. Dan itu puncak kesuksesan seorang hamba. Tahukah antum bahwa semua perjuangan itu ditentukan oleh waktu. Ya, waktu yang kita maksimalkan tanpa henti. 

Melalui istilah tersebut, dapat kita simpulkan betapa penting dan berharganya waktu yang ada. Barang siapa yang menyia-nyiakan waktu, ia akan rugi. Istilah tersebut mungkin saja teradopsi dari orang barat. Karena mereka paham betapa mahalnya waktu. Bahkan uang itu sama harganya dengan waktu. Demikian juga dalam dunia Arab, kita pun pernah mendengar ungkapan “Al-waqtu kassaifi in lam taqtha’hu qatha’aka” waktu itu ibarat pedang, jika kita tidak pandai menggunakannya maka pedang tersebut yang akan menebas kita sebagai penggunanya.

Optimalkan Waktu yang Kita Punya untuk Kebaikan

Waktu senantiasa membersamai Langkah kaki kita. Jika kita tidak mengunakannya untuk kebaikan, maka ia akan membuat kita terperdaya dalam keburukan. Jika kita tidak berbenah untuk menjadi lebih baik, maka waktu akan membuat kita jatuh dalam kebodohan dan membuat kita tidak pernah maju. Bahkan menjadi orang yang tertinggal di belakang.

Bagaimanapun keadaanmu, waktu tidak akan membedakan kondisimu. Baik dalam keadaan sedih, susah, malas, senang, rajin dan kondisi lainnya. Namun, waktu terus maju tidak pernah menunggu kondisimu membaik atau kondisimu terpuruk. Maka, hiasilah waktu itu untuk terus memperbaiki diri agar mejadi lebih baik.

Ingat, waktu yang telah berlalu ibarat kapal yang telah berlabuh. Ia tak mungkin kembali lagi untuk menjemputmu yang tertinggal. Penyesalan akan menyelimuti hari-harimu. Teringat perkataan Syaikh ‘Abdul Malik Al Qasim, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.” (Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3)

Begitu pentingnya waktu. Bahkan waktu yang sedikit menjadi sangat berharga bagi kita. Apalagi waktu yang ad aitu lebih banyak, pasti kita memiliki segudang kesempatan untuk sukses di masa depan. Jadi, jangan pernah berhenti atau begitu cepat merasa puas dengan prestasi yang telah kamu gapai saat ini. Apalagi yang belum memiliki prestasi dalam hidupnya. Selama waktu masih panjang maka kumpulkan semua kebaikan untuk mendapatkan tempat yang layak di masa depan. Waktu tidak pernah berhenti. Maka jangan berhenti untuk terus bergerak maju seraya menjinakkan keadan agar berpihak kepada kita.

Jika kita merasa cukup dengan yang ada, mungkin kita akan terus berjalan di tempat. Perlu dipahami bahwa banyak orang yang menyanginyi kita. Artinya, kita kalah itu kadang bukan karena kita mundur. Tapi, karena orang lain yang terus maju meninggalkan kita. Jadi, istilahnya kalau ada dua sepeda motor, kita kalah itu bukan karena kita berbalik arah, walaupun  kita sama menuju satu arah, tapi kita berjalan lambat dan tidak menambah kecepatan. Sedangkan orang lain terus tancap gas menambah kecepatan.

Kesimpulannya, teruslah berbenah untuk menjadi lebih baik. Teruslah melangkah jangan pernah berhenti. Peganglah komitmen “Hari ini milik kita, waktu ini milik kita” yang tidak layak untuk kita sia-siakan tanpa kebaikan yang kita persembahkan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini