
Saya belum sepenuhnya memahami pertanyaan ini, tapi saya mencoba menebak maksudnya: bagaimana menjaga ruhiyah para ustadz agar tetap baik. Ini berkaitan dengan dari mana datangnya kesadaran untuk berdisiplin. Maka hal ini perlu disampaikan secara bertahap melalui proses:
Edukasi.
Misalnya, seseorang malas membaca Al-Qur’an, maka langkah awal adalah memberikan edukasi tentang keutamaan membaca Al-Qur’an. Setelah itu, buatlah program membaca Al-Qur’an bersama agar ada yang mengontrol, begitu pula dengan amalan-amalan lainnya semua butuh proses pembinaan (tarbiyah).
Apresiasi.
Berikan penghargaan kepada yang konsisten. Misalnya, seseorang yang terbanyak tilawah dalam sebulan diberi hadiah di depan publik. Ini untuk menumbuhkan semangat dan menjadi teladan bagi yang lain.
Pengulangan dan kontrol.
Kebiasaan itu tidak lahir tiba-tiba, Ia tumbuh melalui proses yang berulang, dengan kontrol, evaluasi, dan bimbingan. Ruhiyah yang kuat dibangun dengan konsistensi dalam pembinaan.
Bagaimana agar para guru memiliki ruhiyah yang kuat? Maka perlu terus diedukasi, atau dalam bahasa lain: ditarbiyah tentang amalan-amalan yang ingin ditumbuhkan di pesantren, karena jika guru melakukan amalan-amalan baik, maka anak-anak pun akan tertular kebaikannya.
Ulangi terus amalan-amalan itu, apresiasi yang istiqamah, dan bimbing kembali yang belum terbiasa.
Baarakallahu fiikum.