
Cara Menjaga Keharmonisan Sesama Pengasuh
Pertama, masing-masing pengasuh fokus menjalankan tugasnya. Misalnya, saya sebagai wali kamar A mengerjakan tugas di kamar A, wali kamar B mengerjakan tugas di kamar B. Jadi kuncinya: kerjakan tugas masing-masing.
Agar bisa menjalankan tugas dengan baik, maka pimpinan atau mudir harus memberi amanah secara jelas: siapa mengerjakan apa, dimana wilayah tugasnya, dan kapan harus diselesaikan. Tugas harus dibagi dengan jelas.
Kedua—dan ini penting—bersikap husnudzon. Ketika kita sudah menyelesaikan tugas kita, lalu melihat teman yang tampaknya belum menyelesaikan tugasnya, maka tetaplah berbaik sangka: mungkin dia akan mengerjakannya nanti, mungkin sudah dikerjakan tapi belum terlihat, Karena kita tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas tugas orang lain, apalagi yang bukan bagian kita.
Jika di lapangan muncul suara-suara atau bisik-bisikan yang menandakan ketidakharmonisan, maka leader harus segera turun tangan, turun, tanyakan apa yang terjadi, turun, dengarkan dan periksa langsung, apresiasi yang sudah beres, bimbing atau tegur yang belum tuntas. Pemimpin yang ramah namun tegas, insyaAllah akan menciptakan suasana yang harmonis di bawahnya.
Saya melihat di banyak tempat, ketidakharmonisan sering terjadi karena satu hal: pemimpinnya kurang tegas dan pemimpin menjadi tidak tegas karena tidak tahu apa yang terjadi di lapangan, Kenapa tidak tahu? Karena terlalu sibuk di luar dan tidak memantau yang di dalam.
Kalau ada ketidakharmonisan tapi tidak sampai ke telinga pimpinan, maka pimpinan merasa semuanya baik-baik saja, maka disinilah pentingnya satu sama lain saling mengingatkan. Bagi kita para murabbi, para pengasuh: tuntaskan tugas masing-masing, bersikap husnudzon, dan jika ada masalah, sampaikan ke pimpinan agar bisa segera diselesaikan.
Baarakallahu fiikum.