
Bagaimana mengelola emosi agar stabil?
Sebenarnya ada materinya, yaitu bijak mengelola emosi. Emosi adalah ungkapan perasaan pribadi, bisa positif—gembira, bahagia, senang—atau negatif—sedih, marah, jengkel, dan sebagainya.
Yang biasanya ditanyakan adalah bagaimana mengelola emosi negatif. Kalau emosi positif tentu tidak masalah. Nah, emosi itu lahir dari kebiasaan. Seseorang yang terbiasa dengan istighfar, misalnya, ketika tersenggol atau barangnya jatuh, spontan ucapannya astaghfirullahaladzim. Itu artinya kebiasaan baik mampu mengarahkan emosi negatif menjadi positif.
Jadi, kuncinya ada pada kesadaran diri. Misalnya saat kita mengajar, ada siswa yang tidak mengerjakan tugas. Itu bisa memicu emosi negatif, namun marah bukanlah solusi, lebih baik lakukan pendekatan: tanyakan alasannya, dengarkan mereka.
Kadang anak perlu dihukum, kadang tidak tapi yang penting adalah ekspresi kita harus tetap baik. Banyak siswa jengkel bukan karena hukumannya, tapi karena ekspresi negatif gurunya. Karena itu, kita harus menjaga wajah dan jiwa tetap tenang. Rasulullah ﷺ bersabda: “Jangan marah, bagimu surga.”
Jadi, kalau ada santri yang melakukan hal yang tidak kita suka, jangan buru-buru marah tapi Fokuslah agar ia tidak mengulanginya. Kalau kita sadar pentingnya mengelola emosi, insyaAllah kita bisa istiqamah, tidak mudah marah. Karena marah tidak pernah membuat keadaan lebih baik, Bahkan, kata ulama Arab, awal marah itu mirip dengan gila.
Munkin begitu dulu keterangan yang bisa saya sampaikan
Baarakallahufiikum