
Pertama, lakukan edukasi tentang pentingnya kepekaan, misalnya, ada santri yang belum masuk kelas dan masih terlihat di kamar, maka guru harus menyapanya, Ini hal baik— untuk melatih kepekaan guru dengan tindakan sederhana seperti menyapa, “Anak-anak, ini sudah jam sekolah kok masih di kamar?” karna hal ini secara tidak lansung akan mengajarkan dia untuk peka terhadap linkungan.
Contoh lain, saat pagi hari ada lampu yang masih menyala, guru ikut mematikannya dan ini satu poin penting: edukasi tentang kepekaan, karena peka akan memberi dampak positif kepada pelakunya sendiri.
Kedua, lakukan simulasi. Simulasi ini berupa praktik nyata langsung di lapangan. Misalnya setelah sesi edukasi di ruangan, guru diarahkan keluar untuk mempraktikkan kepekaan: menyapa santri, memberi salam, menanyakan kabar, dan menegur dengan ramah, seperti menanyakan “Sekarang jam kegiatan apa?”
Simulasi ini bisa diberi target, misalnya dalam beberapa menit setiap guru harus menemui sejumlah santri.
Setelah edukasi dan simulasi, lakukan pengulangan beberapa kali agar menjadi kebiasaan.
Selanjutnya, berikan apresiasi kepada guru yang sudah mulai peka, dan beri arahan atau teguran kepada yang belum peka. Apresiasi sebaiknya diberikan di depan publik, supaya yang lain ikut termotivasi.
Bisa juga dibuat daftar urut, misalnya: tiga guru paling peka bulan ini dan tiga guru yang paling kurang peka bulan ini. Daftar ini bisa digabung dengan program penghargaan lain, misalnya hadiah umroh bagi yang masuk peringkat atas.
Sebaliknya, jika ada pengurangan guru, maka yang berulang kali berada di posisi bawah bisa dipertimbangkan.
Jadi, melatih kepekaan itu melalui:
Edukasi
Simulasi langsung di lapangan
Pengulangan
Pengontrolan
Apresiasi bagi yang melaksanakan
Baarakallaahu fiikum.