
Pertama, edukasi terlebih dahulu.
Artinya sampaikan maklumat, pengumuman, dan pengarahan dengan jelas. Berikan pemahaman yang cukup tentang arahan kita.
Kedua, tanamkan manajemen keuntungan.
Jelaskan bahwa setiap tanggung jawab yang diemban itu memberikan keuntungan, baik secara pribadi, untuk sekolah, maupun lingkungan sekitar.
Contoh:
“Kamu menyelesaikan tugas ini, kamu disiplin dalam menjalankan peran ini, maka keuntungannya apa? Buat dirimu, buat lembaga, buat sekitar. Keuntungan hari ini apa? Besok? Di masa depan?”
Itu semua harus ditanamkan pada diri mereka sehingga mereka melakukannya dengan senang karna dia tau apa yang akan dia dapatkan.
Setelah diberikan edukasi dan pengarahan, dan manajemen keuntungan
Jika ternyata tetap malas, tidak bersemangat—dan perlu kita ketahui bahwa hal itu hanya bisa diketahui jika ada pengontrolan.
Kita tidak bisa menyimpulkan seseorang tidak semangat kalau tidak ada laporan atau kontrol yang jelas.
Kalau sudah dikontrol satu-dua kali, dan dia tetap tidak berubah—maka ada dua pilihannya:
Kalau kita masih butuh, maka kontrol dan bimbingan mereka dan perlu diulang-ulang.
Tapi kalau kita sudah tidak butuh, cukup beri ucapan terima kasih dan selesaikan kontrak.
Tegas itu tidak harus kasar.
Kita bisa menyampaikan keputusan dengan bahasa yang santun, misalnya:
“Terima kasih, mohon izin kami tidak bisa memperpanjang antum lagi di tempat ini.”
Tidak perlu nada tinggi, cukup tegas dan jelas.
Kadang bawahan malas bukan karena tidak mampu, tapi karena mereka tidak pernah diapresiasi.
Atau karena saat dia semangat, tidak ada yang menghargai.
Dan saat temannya tidak disiplin, tidak ditegur.
Maka akhirnya dia ikut tidak disiplin karena merasa:
“Ngapain saya disiplin? Yang tidak disiplin juga tidak ditegur.”
Kaedahnya:
“Jika orang tidak disiplin tidak diberi sanksi, maka yang disiplin akan berkurang.
Jika yang tidak baik tidak ditegur, maka yang baik akan memilih pergi”.
Baarakallaahu fiikum, semoga bermanfaat.