Tegas Tidak Harus Keras, Emang Bisa?

125. Ustadz,afwan ana ingin bertanya,” semisal memang di sekolah itu menerapkan kedisiplinan dengan katakanlah bahasa kurang baiknya, dengan “kekerasan” tapi kita typical pengajar yg suka degan kelemah lembutan ,

untuk menyikapi hal demikian bagaimana Ustadz? Harus kah kita ikut2 jadi keras juga?

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

Perlu dibedakan antara keras dan tegas, atau antara disiplin dan kasar. Misalnya, disiplin itu tepat waktu, kalau ada yang telat, kita tidak perlu berteriak,  Cukup katakan, “Akhi, antum telat 15 menit, besok jangan diulangi lagi, Sekarang pus up 15 kali.” Ini tegas, tapi tidak keras — dan itu bagus. Bahkan yang paling bagus adalah tetap lembut.

Begitu juga saat ada yang meminjam barang dan dulu pernah telat mengembalikannya, Tidak perlu membentak, “Tidak boleh, antum dulu pernah begini.” Cukup katakan, “Saya belum bisa menjamin, saya tidak ingin kejadian kemarin terulang.” Lembut, tapi tetap menjaga kedisiplinan dan ketegasan.

Kedisiplinan dan ketegasan itu harus berjalan, tapi kelembutan menyertainya. Sehingga orang disiplin terlihat baik, bukan kasar. Di lapangan, sering orang mengira tegas itu harus keras, padahal Abu Bakar As-Siddiq termasuk orang yang sangat disiplin dan tegas, tapi tetap lembut.

Disiplin itu wajib, karena kaidahnya: tidak ada kesuksesan tanpa kedisiplinan. Tegas artinya kalau sudah bilang A, ya A, apapun yang terjadi. Sedangkan keras terlihat dari intonasi, cara bergaul, cara memanggil, dan cara berbicara. Yang terbaik adalah disiplin dan tegas, tapi dengan kelembutan.

Baarakallahu fiikum.

You might also like

Kafa Institute Adalah mitra terpercaya dalam membangun SDM yang berkualitas dengan nilai-nilai Islami, profesional, dan berdaya guna baik secara pribadi maupun organisasi

Chat WhatsApp
Chat